Kisah Lidya, Penyintas Yang Sukses Menata Hidup di Huntap Buddha Tzu Chi

  • Whatsapp
Perumahan cinta kasih Tzi Chi Tadulako Kota Palu. (Bulletin/Foto:Indrawati)

PALU, BULLETIN.ID – Lidya, seorang ibu satu anak, kini menjalani hari-harinya dengan senyuman lebar di wajahnya. 

Rumah hunian yang dulunya hancur dan terbelah akibat gempa telah menjadi saksi atas perjuangan luar biasanya. 

“Saya asal dari petobo itu rumah saya hancur terbelah, bergeser tapi alhamdulillah masih ada barang-barang yang selamat seperti sofa kulkaS, yang hilang itu sih bukan hilang tertelan gempa dan liquifaksi tapi lebih ke dijarah” cerita Lidya.

Lidya, yang akrab dipanggil Pinky, bercerita tentang masa-masa sulit setelah rumahnya hancur akibat gempa. Meskipun banyak barang yang hilang dan dirampok, ia bersyukur masih memiliki beberapa barang berharga yang selamat.

Impian Lidya untuk memiliki rumah kembali akhirnya terwujud setelah menunggu selama dua tahun yang panjang. Sebelumnya, ia pernah tinggal di hunian sementara di Jalan Batu Bata Indah, namun kini ia dan anak semata wayangnya telah menempati hunian tetap yang kini menjadi rumah mereka.

Dalam pembangunan hunian tersebut, Lidya mendapatkan fasilitas yang sangat membantu, termasuk rumah dengan luas tanah 10×15 meter, lampu, air, kasur, dan meja makan. Selain itu, lokasi huntap ini juga memiliki fasilitas sosial dan umum seperti sekolah dan tempat ibadah.

“Fasilitas yang didapat di rumah itu adalah rumah dengan luas tanah 10x15M sudah ada lampunya pokoknya tinggal masuk,sudah ada airnya juga dengan kasurnya dan juga meja makan satu paket,” tuturnya. (05/09/2023) 

Lidya kini menjadikan rumahnya tempat makan yang disebutnya “Kapurung Pinky,” dan dia mengajak pelanggan-pelanggannya untuk menikmati hidangan khas kapurung sambil bercanda. Dengan harga Rp 20.000 per porsi kapurung miliknya kini banyak diminati pelanggan. 

Berita Pilihan :  Taspen dan Pemerintah Kota Palu Bahas Program Perlindungan ASN


Rumah makan ‘Kapurung Pinky’ ini berlokasi di Perumahan Cinta Kasih Tondo Palu, sebuah hunian tetap (huntap) yang dimiliki oleh Buddha Tzu Chi Tondo. 

Kini lidya telah bangkit dan menata hidupnya kembali bersama sang buah hati. 

Sementara itu, Kementerian PUPR terus berupaya mempercepat pembangunan hunian tetap di Kabupaten Sigi, Donggala, dan Kota Palu. Hingga saat ini, PUPR telah membangun 1.679 unit huntap untuk korban gempa bumi dan tsunami di daerah tersebut. Targetnya adalah membangun 3.744 unit huntap di wilayah Sulawesi Tengah.

“Target jumlah unit Huntap mungkin masih akan berubah disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan” Kata Haerul Fikri selaku Junior Communication Specialist Project Management Consultant – CSRRP. 

Ini adalah kabar baik bagi korban bencana seperti Pinky, yang kini memiliki tempat tinggal yang layak. Pembangunan huntap diikuti dengan pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, membantu memulihkan daerah yang terdampak. 

Selain itu, calon penghuni huntap akan ditetapkan melalui SK Walikota, membuka pintu bagi mereka untuk memulai kembali hidup mereka di rumah yang siap dihuni.

Hunian tetap dan fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh PUPR tidak hanya mengembalikan tempat tinggal, tetapi juga harapan bagi banyak orang yang terdampak oleh bencana di Sulawesi Tengah. (Bulletin/Indra)

Pos terkait