SIGI, BULLETIN.ID – Talusiswara adalah sebuah konsep filosofis suku Kaili, yang menekankan nilai kebijaksanaan dan keseimbangan. Suku Kaili adalah salah satu suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Tengah, atau suku asli dari lembah Palu. Mayoritas etnis ini terdapat di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.
Konsep Talusiswara diwujudkan dalam tiga pilar yang melambangkan keseimbangan antara pemerintah, adat, dan agama, termasuk di dalamnya manusia, alam, dan tuhan.
Falsafah itulah yang membentuk dasar dari nama ‘Talusiswara’ dan diwujudkan dalam sebuah acara yang bukan hanya seremonial, tetapi juga berorientasi pada nilai-nilai edukatif dan humanisme untuk menjaga keberlangsungan hidup yang selaras dan harmonis.
Dalam mengimplementasikan konsep Talusiswara dengan pendekatan dinamis terhadap teknologi digital, Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII bersama Sekolah Sukma Bangsa Sigi, menerapkan pemahaman dan penjabaran melalui kegiatan Metatalusi Show yang digelar pada Sabtu dan Minggu (21-22/10).
“Acara tersebut bertujuan untuk mendorong generasi muda, yang beradaptasi dengan teknologi untuk tetap terhubung dengan nilai-nilai budaya dan kebijaksanaan tradisional,” kata Ratna Sari Dewi, Kepala SMA Sekolah Sukma Bangsa Sigi, Senin (23/10).
Metatalusi Show adalah sebuah konsep yang didesain untuk mencapai keseimbangan antara seni dan budaya dalam era kemajuan teknologi. Konsep tersebut mencakup penggunaan teknologi seperti Virtual Reality (VR), Technologhy Geospatial dan Augmented Reality (AR), serta pembahasan tentang Metaverse dan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Hadir berbagai pihak dalam kegiatan tersebut, diantaranya Tim Monitoring Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, Pemerhati Adat dan Budaya, Atman, Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Sigi, Nawir Dg Mangala, seniman, penulis, aktivis, dan budayawan dari Kabupaten Sigi dan Kota Palu.