PALU,BULLETIN.ID – Kepolisian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Polda Sulteng) melalui Satuan Tugas II Preemtif Ops Madago Raya 2024 Tahap I menggandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng untuk membina umat beragama di Kabupaten Poso.
“FKUB Sulteng berkewajiban untuk membina masyarakat di Kabupaten Poso,” kata Ketua FKUB Provinsi Sulteng Profesor Kiai Haji Zainal Abidin, di Palu, Selasa.
Satgas II Preemtif Ops Madago Raya 2024 Tahap I Polda Sulteng melibatkan Ketua FKUB Sulteng Profesor Kiai Haji Zainal Abidin dalam kegiatan peningkatan kemampuan pendeta di Kabupaten Poso.
Dalam kegiatan itu, Profesor Kiai Haji Zainal Abidin diminta oleh Satgas II Preemtif Ops Madago Raya 2024 Tahap I Polda Sulteng, agar menyampaikan materi tentang “moderasi beragama sebagai perekat dan pemersatu bangsa”.
“Moderasi beragama adalah cara beragama yang moderat, tidak ekstem. Cara beragama yang damai, toleran dan menghargai perbedaan,” ujar Zainal.
Kata Profesor Zainal, realitas keberagaman dalam kehidupan masyarakat merupakan kenisayaan sosial. Keberagaman ini berimplikasi pada lahirnya perbedaan.
Semakin heterogen sebuah masyarakat, kata dia, semakin banyak perbedaan yang muncul. Bahkan dalam komunitas agama yang sama, masih terdapat perbedaan mazhab, dalam mazhab yang sama masih terdapat perbedaan pemikiran dan seterusnya.
Maka, sebut dia, kerukunan tidak diwujudkan dengan menghilangkan perbedaan karena hal itu adalah kemustahilan. Sebaliknya, kerukunan dapat diwujudkan dengan pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan.
“Di sinilah moderasi beragama berperan. Di mana, hanya dengan pemikiran dan perilaku yang moderat, yang bisa menerima, mengakui dan memberikan penghargaan perbedaan yang ada,” ungkapnya.
Zainal Abidin menyatakan bahwa untuk membangun kerukunan dengan pendekatan moderasi beragama, dibutuhkan kesadaran global, saling percaya dan memahami.
“Salah satu faktor yang kerap kali menjadi akar terjadinya konflik antar umat beragama adalah tidak adanya saling percaya satu sama lain. Bila satu kelompok tidak mempercayai kelompok lain, maka segala perilakunya akan mudah dicurigai dan dalam kondisi seperti ini akan sangat mudah diprovokasi oleh pihak ketiga. Oleh karena itu, memupuk rasa saling percaya satu sama lain merupakan salah satu kunci untuk membangun hubungan yang sehat antar penganut lintas agama,” sebutnya.