Banggai – Bulletin.id, Jika anda ingin mencetak apa saja dengan kualitas yang terjamin bagus, maka Kay Art Design bisa jadi salah satu pertimbangan. Bisnis percetakan yang berada di jalan Dr. Sutomo, Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dirintis oleh Effendy Syamsul (43) bersama sang Istri, Silvia Effendy (43).
Mengutamakan kualitas, Kay Art bekerja tentu dengan alat yang serba lengkap. Mulai dari mesin percetakan baliho, mesin jahit, hingga mesin UV tersedia di tempat ini. Alat-alat ini dioperasikan oleh sebanyak 20 karyawan. Selain itu, kenyamanan customer juga jadi prioritas. Gedung tiga lantai Kay Art ditata rapi agar pelanggan yang datang merasa nyaman.
“Kalau sudah nyaman kan (pelanggan) agak susah ke mana-mana,” kata Effen sapaan akrab Effendy Syamsul ditemui di ruangan kerjanya belum lama ini. Dengan mengutamakan kualitas, wajar saja customer Kay Art tak hanya dari Sulteng, bahkan ada dari Makassar, Manado, Gorontalo, Sulawesi Barat, hingga pulau Kalimantan.
Selain percetakan, kualitas konveksi tak diragukan. Apalagi Kay Art memiliki penjahit tersendiri yang didatangkan langsung dari Bandung, Jawa Barat. Kaosnya diproduksi sendiri dengan branding Kay Art Apparel.
Effen mengaku tak muluk-muluk soal kualitas. Maka tidak berlebihan rasanya ‘One stop printing’ adalah slogan yang tepat disematkan untuk Kay Art Design. Mereka sangat menjaga kepercayaan konsumen bisa menyelesaikan hasil produksi cetak apa saja secepat mungkin dengan kualitas yang bagus.
– Modal Rp 30 Juta Jadi Rp 3 M
Sebelum sebesar sekarang, Effen membangun usahanya bukan tanpa perjuangan. Ia bercerita bahkan sempat menganggur selama dua bulan setelah pindah bersama istri dari kota Palu menuju Luwuk tepat di tahun 2009.
“2009 akhir saya masuk luwuk bersama istri. Waktu itu belum ada kerja. Nganggur dua bulan di sini, gak ada tau yang mau dikerja. Akhirnya dapatnya di Mandala Finance tahun 2010,” kata Effendy.
Setelah dua tahun bekerja, hasil tabungan sekira Rp 30 Juta itu digunakan Effen untuk membeli komputer dan print. Di tahun 2012 akhirnya memberanikan diri resign dari tempat kerja dan membuka usaha percetakan kecil-kecilan. Tempatnya pun belum sebesar sekarang, masih dipinjamkan oleh keluarga sang istri.
Selain karena Hobby di bidang desain grafis, motivasi terbesar Effen membuka usaha tak lain adalah sang buah hati pertamanya bernama Kayla. Kesibukan di tempat kerja membikin pria kelahiran 41 tahun yang lalu ini tidak punya banyak waktu bersama keluarga.
“Karena pergi kerja pagi, anak masih tidur dan pulang malam anak sudah tidur, jadi waktu dengan anak itu kurang. Nah buka usaha ini motivasinya agar bisa kerja sambil melihat anak tumbuh besar,” tuturnya.
Kecintaan terhadap buah hatinya pula hingga usaha percetakan diberi nama Kay Art Design. Kay memiliki filosofi tersendiri bagi Effen. Kay berarti aksen key dalam Inggris berarti kunci. “Key itu kunci, artinya kunci seni ada di sini,” kata dia.
Seiring berjalan waktu, di tahun 2014 Effen kembali berani meminjamkan dana. Effen bilang, dengan usahanya sekecil dulu beberapa bank besar menolak. Akhirnya ia dapat pinjaman uang dari bank swasta senilai Rp 50 juta bermodal menggadaikan motor Honda Beat. “Modal itu saya gunakan lagi untuk beli mesin percetakan baliho bekas, dan bisa ngontrak tempat di Luwuk Shoping Mall” katanya.
Dengan modal 30 Juta di tahun 2012, Effen bersama istri kini bisa memiliki tempat usaha sendiri dan aset mesin senilai Rp 3 M. Usahanya juga turut bisa memberdayakan sebanyak kurang lebih 20 orang karyawan. Effen juga berencana membuka cabang Kay Art design di daerah Kabupaten Morowali.
Effen mengaku bersyukur karena bisa seperti sekarang. Anak kandung Syamsul Bahri Yusuf, perintis partai Demokrat di Sulteng ini tak menyangka usahanya bisa sebesar sekarang. Yang paling disyukuri adalah memiliki istri yang serba bisa meski tak jarang bertentangan dengan keinginannya. “Alhamdulillah saya dikasih admin (istri) yang luar biasa, yang bisa ngurus segalanya, ngurus anak, ngurus saya, hingga mengurus perusahaan,” ujar Effen.