PALU, BULLETIN.ID – Bahagianya belasan penyandang disabilitas dari Rumah Merah Putih Difabel Berkarya Kota Palu usai bertemu Ahmad Ali. Senyum tergores di bibir mereka saat berdiskusi dengan sosok yang kini jadi ayah angkat anggota Rumah Merah Putih Difabel Berkarya.
Dewi Santiana, pengurus Rumah Merah Putih yang datang bersama dengan anggotanya ke kediaman Ahmad Ali pada Minggu, 18 Agustus 2024 malam, menceritakan bagaimana bahagianya mereka mendapatkan perlakuan layak dari tokoh nasional tersebut.
“Kami dari Rumah Merah Putih Difabel Berkarya Kota Palu berkesempatan untuk bertemu dengan bapak Ahmad Ali di kediaman beliau, kami sejumlah 15 orang mengunjungi rumah bapak Ahmad Ali untuk bersilaturahmi, berbincang, berdiskusi untuk mengutarakan apa yang ada di hati kami yang selama ini terbenak di dalam hati dan pemikiran kami,” kata Dewi.
Menurutnya, ini merupakan kali pertama ia bersama rekan-rekannya bertemu dengan suami dari Nilam Sari Lawira itu.
“Kami sering mendengar tentang beliau, sosok beliau yang dermawan, baik hati dan ramah, tetapi untuk bertemu baru kali pertama. Pertama-tama perkenalan tentang kami penyandang disabilitas Rumah Merah Putih Difabel Berkarya Kota Palu yang punya 100 orang anggota,” jelas dia.
Tanpa janji temu, Dewi bersama teman-temannya berinisiatif mendatangi kediaman Ahmad Ali agar bisa mengenal sosok calon pemimpin Provinsi Sulawesi Tengah.
Ia dan kawan-kawan mengaku kagum dengan sosok Ahmad Ali. Tidak ada batasan mereka berinteraksi dengan sosok bakal calon gubernur itu.
Bagi para penyandang disabilitas seperti Dewi dan kawan-kawan, tidak cukup hanya mencari calon gubernur atau calon pemimpin, tapi mereka juga mencari sosok seorang ayah (orang tua angkat) yang menyayangi, mengayomi dan peduli, serta selalu ada untuk para penyandang disabilitas.
“Mungkin kalau pemimpin ada masanya, ada waktunya, tetapi seorang ayah akan terus ada dan akan selalu ada,” kata dia.
“Di perbincangan tersebut, dengan hikmat kami berbicara dengan beliau (Ahmad Ali), kami memperkenalkan diri kami, menceritakan apa yang ada di benak kami selama ini,” ungkap pengurus rumah singgah disabilitas yang beralamatkan di Jalan Jati Nomor 66 Kota Palu tersebut.
Dewi dan kawan-kawan mengaku hanya ingin mendapatkan dukungan dari sosok yang mau menjadi mata dan tangan untuk memegang, menuntun, merangkul dan memeluk mereka.
Penyandang disabilitas tak butuh belas kasihan, mereka tidak butuh uang atau materi, merka tidak mencari itu semua, tapi merka mencari sosok yang bisa memberikan kesempatan, memberikan ruang, memberikan tempat untuk berkarya, untuk bisa menjadi lebih baik, agar mereka bisa dihargai di masyarakat, di Provinsi Sulawesi Tengah.
Dia berharap dengan diberikan ruang, stigma negatif di masyarakat yang seolah-olah disabilitas bukan apa-apa, bahkan kadang dianggap aib dan beban bisa dihilangkan.
“Respons dari beliau sangat luar biasa, beliau menangis bersama kami, terharu bersama kami, dan satu kata dari beliau, tidak banyak beliau bilang sama kami, saya jadi gubernur atau tidak jadi gubernur saya adalah Ayah kalian, kalian adalah anak-anak saya,” Dewi menirukan pernyataan Ahmad Ali saat berdiskusi.
“Saya mewakili teman-teman mengucapkan terima kasih karena pak Ahmad Ali sudah merespons kami dengan baik, bahkan bapak bilang kalau memang ada teman-teman disabilitas yang membutuhkan kursi roda, bisa bilang dengan beliau melalui teman-teman Rumah Merah Putih, beliau siap menjadi Ayah untuk kami, itu kesan yang kami rasakan saat bertemu,” tandasnya.
Ia bersama rekan-rekannya juga mendoakan agar Ahmad Ali bisa terpilih sebagai gubernur Sulawesi Tengah pada pemilihan kepala daeran November 2024 mendatang. Meski dengan keterbatasan, mereka ingin ikut mengantarkan Ahmad Ali hingga masuk ke kantor gubernur sebagai kepala daerah.
“Kami yang akan mengantarkan bapak, kalau bapak berkenan, kami mendampingi bapak untuk mengantarkan bapak di pintu kantor gubernur,” ujar Dewi. ***