Pengelolaan Tahura Sulteng Berbasis Kolaborasi dan Kearifan Lokal

  • Whatsapp
Sosialisasi Dokumen Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Sulawesi Tengah yang digelar di Kabupaten Sigi, Kamis (19/12). Foto:Ist

SIGI, BULLETIN.ID  – Upaya menjaga keberlanjutan kawasan konservasi di Sulawesi Tengah mulai diarahkan pada pengelolaan yang lebih inklusif dan kolaboratif. Hal ini tercermin dalam kegiatan Sosialisasi Dokumen Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Sulawesi Tengah yang digelar di Kabupaten Sigi, Kamis (19/12).

Sebanyak 57 peserta yang terdiri dari masyarakat dan komunitas yang selama ini berinteraksi langsung dengan kawasan Tahura dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Sosialisasi ini menjadi ruang dialog untuk menyamakan persepsi antara pengelola kawasan, akademisi, dan masyarakat terkait arah pengelolaan Tahura ke depan.

Kepala UPTD Tahura Sulteng, Edhy Sitorus, SP., M.Si., mengatakan partisipasi masyarakat menjadi kunci agar dokumen rencana pengelolaan tidak berhenti sebagai kebijakan administratif, tetapi mampu menjawab tantangan dan kebutuhan nyata di lapangan.

“Pengelolaan Tahura tidak bisa dijalankan hanya oleh pemerintah. Keterlibatan aktif masyarakat, komunitas, akademisi, dan para pemangku kepentingan sangat diperlukan agar fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi kawasan dapat berjalan seimbang,” ujar Edhy.

Ia menjelaskan, Tahura Sulteng mengusung visi menjadikan taman hutan raya sebagai kawasan koleksi flora dan fauna andalan yang menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah. Visi tersebut tidak hanya berorientasi pada perlindungan keanekaragaman hayati, tetapi juga pengembangan pendidikan lingkungan, penelitian, serta wisata alam berbasis konservasi.

Dari sisi akademik, Dosen Kehutanan Universitas Tadulako, Dr. Sudirman Dg. Massiri, S.Hut., M.Sc., menekankan pentingnya perencanaan pengelolaan kawasan yang berbasis ilmu pengetahuan dan data. Menurutnya, pendekatan ilmiah perlu dikombinasikan dengan realitas sosial masyarakat sekitar hutan.

Sudirman memaparkan tiga pilar strategis dalam pengelolaan Tahura Sulteng. Pilar pertama adalah fondasi tata kelola yang kokoh melalui penguatan sinergi lintas sektor dan kepastian hukum di tingkat tapak. Pilar kedua, ekosistem yang sehat dan terlindungi, dengan fokus pada pemulihan ekosistem kritis, perlindungan habitat satwa kunci, serta pengembangan vegetasi endemik sebagai aset konservasi dan edukasi. Pilar ketiga, masyarakat berdaya dan sejahtera, melalui pengembangan usaha produktif berbasis konservasi dan jasa lingkungan guna meningkatkan kemandirian ekonomi warga sekaligus menekan tekanan terhadap kawasan hutan.

Berita Pilihan :  PT Vale Percepat Kesiapan Talenta Muda melalui Program Co-Ops

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya integrasi kearifan lokal dalam praktik konservasi agar pengelolaan Tahura lebih adaptif dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Melalui sosialisasi ini, pengelola Tahura Sulteng berharap terbangun komitmen bersama dan sinergi multipihak sebagai fondasi pengelolaan kawasan konservasi yang inklusif, berkelanjutan, serta berpihak pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pos terkait