PALU, BULLETIN.ID – Pemerintah Kota Palu menegaskan komitmennya dalam membangun kota yang tangguh bencana dengan berbagi pengalaman dan praktik baik pada forum internasional Asia yang digelar di India. Pengalaman Palu menghadapi gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi pada 2018 menjadi pelajaran penting dalam memperkuat kesiapsiagaan bencana dan menjaga keberlanjutan pembangunan daerah.
Hal tersebut disampaikan perwakilan Pemerintah Kota Palu dalam lokakarya regional bertajuk Cross-Asian Dialogue on Rural Development: Asia’s Shared Challenges and Opportunity yang diselenggarakan oleh Sasakawa Peace Foundation (SPF), Jepang, di Universitas Nalanda, Bihar, India, pada 7–11 Desember lalu.
Forum tersebut diikuti perwakilan sejumlah negara Asia, antara lain Jepang, Thailand, Irak, Filipina, Indonesia, serta tuan rumah India. Indonesia diwakili oleh tiga sektor, yakni akademisi Muchamad Indrawan (Universitas Indonesia), organisasi non-pemerintah melalui Siti Kholisoh (Wahid Foundation), serta Pemerintah Kota Palu yang diwakili Ardin.
Dalam forum tersebut, Pemerintah Kota Palu menyoroti kesiapan bencana sebagai fondasi utama pembangunan daerah. Sebagai kota yang berada di jalur sesar Palukorosalah satu sesar paling aktif di dunia. Pemerintah menyadari bahwa bencana dapat terjadi kapan saja dan berpotensi menghancurkan seluruh capaian pembangunan apabila tidak diantisipasi secara sistematis.
Pengalaman bencana 2018 menjadi titik balik bagi Kota Palu dalam memperkuat kebijakan pengurangan risiko bencana, baik melalui langkah struktural maupun non-struktural. Pemerintah Kota Palu mengintegrasikan isu ketangguhan bencana ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dengan tujuan meningkatkan Indeks Ketahanan Daerah (IKD) serta menurunkan Indeks Risiko Bencana (IRBI).
“Bagi Palu, kesiapan bencana bukan hanya isu teknis, tetapi bagian dari strategi pembangunan jangka panjang. Tanpa kesiapsiagaan, pembangunan bisa runtuh dalam sekejap,” disampaikan dalam forum tersebut.
Dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, Kota Palu menerapkan pendekatan Build Back Better and Safer, yakni membangun kembali dengan lebih aman dan berkelanjutan. Pendekatan ini menjadi salah satu praktik baik yang menarik perhatian peserta forum Asia.
Selain ketangguhan bencana, Pemerintah Kota Palu juga memaparkan upaya memperkuat ketahanan sosial melalui Musrenbang Inklusi serta pengembangan Social Solidarity Economy (SSE). Namun, dalam konteks forum tersebut, kesiapan bencana ditekankan sebagai prasyarat utama agar pembangunan inklusif dan ekonomi berkelanjutan dapat berjalan.
Paparan Kota Palu mendapat respons positif dari peserta lokakarya dan dinilai relevan dengan tantangan bersama negara-negara Asia yang menghadapi risiko bencana alam dan ketimpangan pembangunan.
Melalui forum ini, Kota Palu tidak hanya belajar dari pengalaman negara lain, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai kota yang bangkit dari bencana dan terus memperkuat kesiapsiagaan demi melindungi warganya serta menjaga keberlanjutan pembangunan daerah.







