PALU,BULLETIN.ID – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melalui dinas terkait terus gencar menggali potensi ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program yang gencar dilakukan oleh Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) kota palu adalah Pemberdayaan Tanah Masyarakat (PTM).
Program PTM sendiri meliputi perkenalan tsuraya batik sebagai produsen motif batik daun kelor yang menjadi khas ibu kota Sulawesi Tengah.
PTM ini mulai berjalan sejak tahun 2021. Kemudian Pada 2023, ATR/BPN Palu mengeksekusi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Lambara, Pantoloan Boya, Layana Indah dan Boyaoge.
Tujuannya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada, baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang ada di masing-masing kelurahan sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
“Kelor merupakan ciri khas Kota Palu, ada 16 motif yang sudah didaftarkan ke HaKI. Jumlah Tsuraya Batik ada 10, tapi yang menjadi subjek hanya 8,” kata Analis Pertanahan, Kantor Pertanahan Kota Palu, Sesotya Ariani, Jumat (24/11/2023).
Ia menjelaskan bahwa program PTM dibagi dengan skema 3 tahun. Tahun pertama penanganan akses yang nantinya subjek-subjek hasil pemetaan sosial dibuatkan SK penerima akses. Kemudian ditindaklanjuti di tahun kedua berupa penataan kelembagaan dan di tahun terakhir pengembangan usaha serta akses pemasaran.
Sejauh ini, kata dia, sudah ada 16 motif hasil produksi Tsuraya Batik yang sudah didaftarkan ke Hak Kekayan Intelektual (HKI).
“Selain Tsuraya Batik itu ada macam-macam, jadi tidak hanya mengangkat batik. Kebetulan, produk yang kami angkat itu produk-produk yang memang sudah dibuat oleh masyarakat setempat, termasuk kerajinan tangan, pengolahan minyak kelapa murni atau vco oil, ada juga alpukat,” tuturnya.